Sabtu, 12 November 2011

Sinetron yang Makin "Inspiratif" (buat Para Psikopat)


Tau kan ya yang namanya Sinetron itu apa? Itu lho, Sinema Elektronik. Ada diantara pembaca yang ngikutin satu, dua atau bahkan sepuluh judul sinetron? Hayoooo! Pasti ga pada mau ngaku. Jujur aja, kadang (baca: jarang banget, kalo kepepet, paling lama lima menit) saya "terpaksa" mengikuti yang namanya Sinetron itu.
Gimana ngga terpaksa? Kamar tidur saya di rumah kebetulan di lantai dua and sinetron itu tontonan ibunda (walau sering juga beliau menonton sambil terkesiap merinding saking absurdnya jalan cerita). Wajar adanya (baca: apa boleh buat) demi bercengkerama dengan ibunda saya terpaksa menonton kekampretan yang ada di TV lokal kita.

Di kamar sih ada yang namanya mini entertainment dan terus-terang tanpa bermaksud mengecilkan produk lokal dan kelihatan terlalu Americanized (susah banget), saya prefer nonton serial TV Amerika (bisa seharian deh ngomongin seru dan beragamnya serial TV di Amrik sono.

Kalo serial TV Amrik beragam jenisnya, Sinetron lain modelnya. Satu berkisah anak yang tertukar, semua (baca: semua, 150%, 1500%) berkisah tentang sandal, eh... anak yang tertukar. Pokoknya semua anak-anak yang ada di Sinetron itu pastinya entah anak siapa gitu. Yang jelas ortunya bukan seperti yang dia kira. Ampun deh.

Yang gengges banget dari Sinetron bukan cuma uniformity-nya, tapi terutama absurditas-nya. Akhirnya di depan TV saya and bokap yang sama kesalnya sama Sinetron, memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadi komentator utama (kira-kira bakal digaji berapa ya kalo saya ngajuin jadi komentator Sinetron? Setiap hari ada beberapa judul lho! Bisa tajeer gue. Merasa keganggu pertanyaan nyokap cuma satu: "kalian ngga cape apa?"

Umm... Engga tuh mam!

Keseragaman bukan hanya soal tuker-tukeran anak lho ya. Isi program lebih fokus ke eksploitasi kekayaan, kecantikan, rebutan kekuasaan, rebutan laki-laki, penyiksaan, kejahatan, intrik-intrik sadis, kejahatan, kebejatan, konsumerisme dan lain-lain. Hmmm... heran ya kok bisa program-program kampret begitu lolos sensor. Eh... masih ada ngga sih (itu LSF)? Belum lagi cerita yang dipanjang2in. Tiba-tiba muncul ibu yang dikira sudah meninggal, ayah yang turun dari langit, dll. Belum lagi setiap tiga menit pasti ada yang nangis (berani taruhan).

Celetukan bokap sering bikin my mom esmosi jiwa nih: Hmmm.... penulis naskah, sutradara dan produsernya pasti sakit jiwa. Tapi yang lebih sakit penontonnya. 

Hahaha.. it was hilarious. Nyokap langsung speechless (tapi tetap terpaku pada layar TV).

Yang ULTRA KAMPRET adalah dalam setiap episode (ratusan jumlahnya) tokoh utama pasti orang yang lembut, ngga tegaan, orang suci dan malaikat yang menderita abis. Kalau gak disiksa fisik, ya mental dan penonton baru bisa napas lega saat akhir episode ke 999.

Hello, Ibu Mari Elka Pangestu, does this seem like Ekonomi Kreatif to you? Sinetron itu harusnya di-banned ya ibu. Cobalah sekali-kali ibu pindah channel dari CNN atau HBO atau NatGeo. Tontonlah RCTI atau SCTV antara jam 6 - 11 setiap malam. Coba deh ibu posting komen ibu di bawah, bilang apakah itu program-program yang "berbudaya". Kalo ibu ngga pingsan duluan.

Ini saat-saat dimana saya merindukan program seperti Si Doel Anak Sekolahan, Losmen, ACI atau Jendela Rumah Kita. Even Si Unyil. Tapi dengan catatan: jangan pasang Rano Karno jadi Doel yang masih kuliah ya, apalagi jadi Si Unyil. No offense pak Rano, tapi bapak sudah ketuaan. Mungkin kalau jadi pak Sabeni lebih cocok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar